Marketing in Adaptive Era dan Creative Thinking? : Idea Journal #3

Nandudidudidamdam
5 min readApr 9, 2021

--

Cr: Instagram @pekankomunikasi

Halo semuanya~ Idea journal kali ini gue bakalan ngebahas sedikit tentang seminar Advertising War Pekan Komunikasi kemarin yang bertemakan Marketing in Adaptive Era: How Effective Communication Can Win Consumer’s Trust. Seminar ini menurut gue insightful banget dan kurang lebihnya agak nyerempet — nyerempet ke Creative Thinking nih gengs! Oh Iya pembicara nya juga keren abis karena ada Mas Yogi dari ADA Regional Director, Pak Handoko sebagai CEO M Bloc Space dan Mas Ekhel dari External Communications Senior Lead Tokopedia.

Ketiga pembicara telah membahas hal-hal yang menarik banget dan sangat relevan untuk masa sekarang yang lagi dihadang sama ketidakpastian. Penjelasan Mas Yogi lebih berfokus ke pola ekonomi selama pandemi, data kondisi UMKM selama pandemi dan analisis data perusahaan periklanan. Selama pandemi pola ekonomi pun berubah, yang tadinya kita berbelanja secara konvensional sekarang berubah menjadi serba online sampai angka pembelian di e-commerce selama pandemi pun meningkat.

Rekomendasi ADA untuk mempertahankan bisnis selama pandemi:

Yang pertama adalah mencari differentiation yang menonjol dari produk kita agar menarik perhatian calon konsumen. Kedua, identify the sweet spots. Ketiga, mengevaluasi dengan cepat dan sistematis. Dan yang terakhir adalah mencari tahu channel yang paling sering dijangkau oleh target khalayak di dalam sweet spot.

Materi pak Handoko kurang lebih ngasih beberapa gambaran baru buat gue yang berkaitan dengan pembentukan dan pengembangan karaketer produk Idea Journal gue sebelumnya. Pak Handoko menjelaskan bahwa dalam membuat suatu brand itu saat ini lebih efektif jika dibarengi dengan menciptakan suatu conversation atau narasi (seperti transmedia storytelling ya :D) dan bentuknya juga bisa bermacam — macam. Kalo contoh brand nya Pak Handoko yaitu Filosofi Kopi telah berhasil membangun conversation nya melalui film, lagu, series, novel, dll. Selain itu Pak Handoko juga menjelaskan bahwa zaman kita saat ini bukan lagi zaman untuk mencari attention tapi membangun intention atau tujuan.

Cultural Approach yang dilakukan Pak Handoko membuktikan bahwa kekuatan brand lokal ada pada kekuatan suatu komunitas, komunitas bahkan bisa mengalahkan kekuatan modal dan jaringan bisnis suatu produk. Maka dari itu pendekatan kultural dan emosional dari suatu produk terutama brand lokal akan sangat berkembang apabila menggunakan pendekatan kultural. Ke- Authentican suatu produk menurut Pak Handoko sangat penting, hal ini dapat membangun sesuatu yang baru seperti budaya baru yang diterapkan di M-bloc Space yaitu budaya berjalan kaki yang memiliki kedudukan lebih strategis untuk menggaet khalayak atau target publik dari brand tersebut.

Intinya kualitas brand local itu gak kalah bagus sama brand luar lohh! sekarang tinggal kita — kitanya aja yang mau gak nih buat mendukung, membangun dan mengembangkan brand local kita.

Model bisnis yang dijelaskan oleh Pak Handoko adalah basis kolaborasi dan inovasi.

Cr: PPT Pak Handoko

Kalo gue coba uraikan Idea Journal pertama gue yaitu Teras Si Mbok dengan model bisnis diatas mungkin Concern disana adalah saat gue mengidentifikasi bahwa penjual jamu, minuman atau makanan tradisional saat ini mengalami kemunduran penjualan dan ide gue untuk membuat cafe yang “beda” dari yang lain.

Context nya adalah gue itu harus melakukan riset tentang peluang berhasilnya cafe yang gue bikin, cari ide supaya cafe ini tuh bisa engage ke semua kalangan, mensejahterakan penjual minuman makanan tradisional dan melestarikan minuman atau makanan tradisional sebagai budaya kita.

Concept yang gue bangun disini adalah cafe yang suasananya itu seakan-akan bikin pengunjung jadi nostalgia, gue juga sengaja menjadikan jamu itu sebagai menu utama dan ciri khas dari cafe ini untuk meningkatkan ketertarikan dari calon konsumen, selain itu gue juga membuat cafe ini memiliki pegawai atau “barista” nya itu dari kalangan Mbok Jamu atau penjual minuman makanan tradisional yang saat ini terpaksa sudah tidak bisa berjualan lagi dengan tujuan membantu perekonomian mereka dan memperkenalkan keaslian rasa dari makanan yang disajikan.

Collaboration disini yang gue pahami adalah saat dimana gue berencana untuk bikin campaign seperti #MinumJamuBersama atau meningkatkan promosi melalui influencer, media sosial atau komunitas yang berkaitan dengan konsep cafe ini jika memungkinkan.

Dan Co-Creation di kepala gue adalah saat dimana brand gue udah berkembang, gue bisa membuka cabang, memberikan inovasi untuk konsep cafe atau mungkin menjalin partnership dengan beberapa brand lain.

Penjelasan Mas Ekhel lebih berfokus kepada peran platform untuk mendorong proses digitalisasi ekonomi di Indonesia dan pendampingan UMKM menuju digitalisasi. Tokopedia menyediakan akselerasi transformasi digital terhadap UMKM yaitu dengan cara menyediakan program pelatihan dan pendampingan, digitalisasi pasar basah, kampanye kolaborasi, Tokocabang: Gudang Pintar dan Mitra Tokopedia.

Nah! kayak yang tadi udah gue bilang diatas, materi seminar ini tuh gak cuman insightful dan menarik doang tapi juga agak nyerempet — nyerempet nih ke creative thinking.

Menurut gue creative thinking itu definisi selalu dipake kapanpun dan dimanapun gitu. Kayak yang Mas Yogi bilang soal rekomendasi untuk mempertahankan bisnis selama pandemi, kalo kita gabisa untuk identifikasi dari empat aspek tadi dan gabisa berpikir kreatif untuk menemukan solusi dari masalah ini, gawat juga nih bisa bisa bisnis kita terancam kalo kaya gini. Dan gue jadi sadar kalo six thinking hats yang awalnya bikin pusing, sekarang malah bisa ngebantu kita buat lebih gampang cari solusi dari suatu masalah. Gue juga dapet banyak insight baru dari Pak Handoko salah satu contohnya yang udah gue jabarin sebelumnya, gue jadi bisa identifikasi idea journal gue sebelumnya dengan model bisnis kolaboratif inovatif yang dijelasin sama Pak Handoko kemarin. Beberapa kata penting yang selalu gue inget dari Pak Handoko adalah cultural approach, authentic, ciptakan narasi dan kembangkan karakter dari brand kita. Diliat dari kata-katanya aja udah kebayang banget nih mikirnya mau gak mau ya harus dengan pemikiran kreatif karena kalo engga, kita jadi gak punya “trobosan baru” atau ciri khas dari brand kita sendiri. Selanjutnya kaitan dari materi digitalisasi sama creative thinking, kalo gue pribadi denger kata-kata Mas Ekhel “pendampingan UMKM untuk digitalisasi” aja udah kebayang banget kalo ide ini muncul pasti melalui tahap pemikiran kreatif yang panjang, hihi.

Setelah dengerin seminar ini jadi tambah semangat gak sih gengs~

Anddd intinya creative thinking itu bener-bener penting banget buat identifikasi masalah dan solusi di kehidupan sehari-hari kita. Kalo ngomongin soal bisnis dan cara membuat audiens percaya terhadap produk kita itu juga bagian dari creative thinking loh gengs! Mulai dari cara kita membuat suatu differentiation, membuat brand kita menjadi brand yang authentic sampai strategi pemasaran melalui platform e-commerce yang mana pun semuanya gak lepas dari creative thinking itu sendiri. Yap, mungkin itu dulu aja kali yaa cerita kita hari ini hihi ^^

Thankyou gengs!! sampai ketemu di Idea Journal gue selanjutnya >.<

--

--

Nandudidudidamdam

Nanda’s site but not the other side of her, just best wishes for her.